Syukurlah
Tuhan Yang Maha Kuasa mengirim seorang lelaki kurus keras kepala dan bernyali
raksasa ke negeri ini. Lelaki yang dipandang sebelah mata oleh lawan2nya.
Lelaki ndeso yang diolok-olok oleh lawannya orang yang planga plongo.
Apa
yang paling menakutkan terjadi pada keluarga kita? Kemiskinan? Kesehatan buruk?
Pengangguran? Karir mandeg?
Seorang
teman menjawab yang paling ditakutkannya bukan soal kemiskinan. Karena
kemiskinan itu bisa berubah dengan kerja keras dan kesempatan.
Bukan
juga soal kesehatan karena itu hal biasa dalam sistem pertahanan tubuh manusia.
Adakalanya sakit demam, tapi teknologi kedokteran bisa mengatasi penyakit itu.
Juga bukan karir jeblog atau tidak punya pekerjaan. Itu masalah waktu saja.
Lalu
apa yang kamu takutkan kawan?
"Yang
paling saya takutkan adalah terusir dari tanah kelahiran saya sendiri".
Kamu
tahu apa yang terjadi pada jutaan orang Suriah yang menyeberangi laut demi
terhindar dari pembantaian di negerinya sendiri? Mereka terusir. Tercerabut
akarnya. Terbuang. Terhempas. Tercerai berai. Semua milik mereka hilang dalam
hitungan cepat. Bukan saja rumah, mobil, perhiasan yang lenyap, namun jejak
kehidupan keluarga turun temurun hilang tak berbekas.
"Kamu
tahu itulah penderitaan dan kutukan kehidupan yang paling menakutkan".
Saya
terdiam. Tak kuasa saya mengamini semua pikirannya. Apa yang ditakutkan teman
saya itu rasanya mutlak benar. Tidak terbantahkan.
Kemiskinan,
masalah kesehatan, masalah pekerjaan atau karir itu hal umum terjadi. Bagian
mata rantai kehidupan. Tapi soal terusir dari tanah kelahiran sendiri ini sulit
dibayangkan bisa terjadi. Tapi nyatanya bisa terjadi.
Coba
kita lihat sekeliling kita saat ini. Dalam arus besar perbincangan publik,
pertentangan antar sesama anak bangsa sudah mulai mengkristal. Bukan lagi dalam
pertentangan beda pendapat layaknya beda argumentasi dalam negara demokrasi.
Namun sudah dalam bentuk pengelompokan identitas.
Pengkristalan
identitas ini terjadi bukan semata2 lahir ujug2. Ia berembrio dari benih yang
ditabur oleh kelompok asing seperti Wahabi dan trans nasional seperti Ikhwanul
Muslimin Mesir dan Hizbut Tahrir Internasional.
Kelompok
ini dengan cerdik dan sabar masuk melalui pengajaran agama dengan ideologi yang
diluar pakem warisan ulama leluhur kita seperti Wali Songo, Syech Hasyim Ashari
Pendiri NU, KH Ahmad Dahlan, Pendiri Muhamadiyah.
Pengajaran
agama yang punya tujuan akhir mendirikan negara Khilafah Islamiyah ini menyasar
para intelektual muda mahasiswa di kampus2 negeri bonafid. Kampus IPB, ITS, UI,
ITB, USU, UNDIP dan banyak kampus lainnya ditempel oleh kelompok ini.
Mereka
menyusup masuk dengan umpan kajian agama. Anak muda yang sedang mencari jati
diri lemah dasar nilai agama ini akhirnya terkecoh. Kena masuk perangkap.
Secara perlahan menggiring anak muda mahasiswa ini ketujuan akhir mereka. Semua
hidup dan perjuangan ini hanya semata untuk menegakkan negara khilafah sesuai
perintah agama. Begitu doktrinnya.
Apa
hasilnya?
Benih
yang mereka tabur 20-30 tahun lampau sekarang memegang banyak posisi kunci di
lembaga pemerintahan dan profesional. Para dokter banyak terjangkiti doktrin
khilafah ini. Tenaga pengajar dosen, guru, pegawai BUMN juga mereka kuasai.
Juga masuk ke lembaga TNI Polri. Apa yang mereka tanam dulu kini bertunas dan
berbuah.
Apakah
pemerintah tahu persoalan ini?
Pemerintahan
SBY sebelumnya tahu soal ini. Tapi sebagai presiden, kepala negara dan kepala
pemerintahan sepuluh tahun SBY berkuasa yang terlihat malah pemberian lahan
subur berkembang biak cepat. Tidak ada tindakan anti virus khilafah disuntikkan
SBY. "Zero Enemy" jargon SBY adalah jawaban agar merangkul semua
kelompok agar negeri ini adem ayem tidak ribut. Meski taruhannya eksistensi
NKRI bakal lenyap jika pengusung khilafah ini berkuasa.
Syukurlah
Tuhan Yang Maha Kuasa mengirim seorang lelaki kurus keras kepala dan bernyali
raksasa ke negeri ini. Lelaki yang dipandang sebelah mata oleh lawan2nya.
Lelaki ndeso yang diolok-olok oleh lawannya orang yang planga plongo.
Jokowi
lelaki kurus sederhana itu ternyata sosok hantu yang menakutkan bagi kelompok
radikal, kelompok intoleran dan kelompok pengusung tegaknya khilafah ini. Belum
lagi kelompok penjarah kekayaan negara seperti mafia migas Petral. Belum lagi
mafia ikan yang punya armada 7000 kapal laut yang habis menjaring jutaan ton
ikan laut kita.
Keberanian
dan ketegasan presiden planga plongo ini membuat pertempuran melebar.
Keberaniannya bikin geleng2 kepala para punggawanya. Siapa yang bisa menyangka
Jokowi bisa melangkah santai ke panggung aksi 212 Monas?
Semua
punggawa pengelola keamanan dan pertahanan negara seperti KaBIN, Komandan
Paspampres, Kapolri, Panglima TNI, Menkopolhukam memberi kode merah buat
Presiden. Negative. Alih-alih menuruti nasihat punggawanya, Jokowi ternyata
punya hitungan sendiri.
Pukul
09.00 Wib pagi, Jokowi sudah memerintahkan pasukan paspampres menghitung
langkah dari pagar istana ke panggung aksi 212. Prajurit melaporkan sekitar 7
menit jalan kaki. Jokowi tersenyum.
Pukul
11.30 wib, Jokowi mengumpulkan menteri. Dengan tenang Jokowi mengajak
pembantunya ikut sholat di Monas. Bergabung dengan ratusan ribu massa 212. Para
pembantu presiden saling memandang. Tidak percaya.
"Maaf
Bapak Presiden, risikonya terlalu besar. Kita tidak tahu siapa di kerumunan
besar itu", potong salah satu pembantunya.
"Ya
sudah... Kita jalan sekarang. Ini perintah", tegas Jokowi.
Hujan
yang mengguyur Monas pada Jumat siang , 2 Desember 2016 itu tidak menyurutkan
langkah Jokowi menuju Monas. Jokowi dengan langkah tenang dan ringan berjalan
diapit pembantunya.
Usai
sholat, Jokowi meminta naik panggung. Lagi2 pembantunya terkejut. Itu
spontanitas Jokowi. Tidak seorangpun tahu rencana mendadak Jokowi itu.
Dari
panggung belakang, Jokowi digendong naik. Tanpa alas kaki, Jokowi naik ke
panggung. Kecemasan tingkat tinggi terjadi. Seluruh rakyat Indonesia menonton
tanpa berkedip mata. Para pasukan paspampres keringat dingin. Semua dalam
kondisi siap kokang senjata.
Semua
menanti momen berisiko penuh bahaya ini. Bagaimana jika Jokowi dilempar sepatu?
Bagaimana jika Jokowi diamuk massa? Bagaimana jika Jokowi disoraki massa?
Dipaksa turun?
Hitungan
Jokowi ternyata tepat. Kita tidak siap, di sana juga tidak siap. Karena sama2
tidak siap ya kehendak Tuhan yang terjadi. Kira2 begitu alur pikirnya.
Jokowi
hanya minta bicara 2 menit. Tidak banyak tapi Jokowi berhasil menenggelamkan
yang punya panggung. Rizieq Sihab tenggelam dalam pidato 2 menit Jokowi.
Tidak
lama kemudian setelah aksi 212 yang layu sebelum berkembang itu, Rizieq Shihab
dapat visa kunjungan ke Arab Saudi seumur hidup. Tokoh sentral aksi 212 itu
terkena karma. Polisi menjadikannya tersangka chat mesum.
Setelah
itu, keluar lagi anti virus yang sangat mematikan Hitbut Tahrir Indonesia.
Jokowi meneken lahirnya Perppu Ormas. Ormas anti Pancasila dibubarkan. HTI
dibubarkan pemerintah.
Dan
paling terbaru adalah suntikan maut buat kaum radikal dan teroris. Jokowi
mengancam akan mengeluarkan Perppu Anti Teroris jika DPR gagal merampungkan RUU
Anti Teroris hingga akhir Juni ini.
Makjlebb..
Ancaman Jokowi ini bikin ciut partai penolak UU Anti Teroris. Dalam hitungan
hari, akhirnya DPR sepakat. RUU Anti Teroris yang makan waktu hingga 2 tahun
sah jadi UU.
Apakah
kamu masih berpikir Indonesia akan seperti Suriah kawan?
Teman
saya diam dan menatap tajam mata saya ketika pertanyaan itu menghunjam
pikirannya.
"Rasanya
Tuhan mengirim Jokowi sebagai penyelamat negeri kita dari kehancuran
radikalisme dan negara khilafah bro",
Saya
tersenyum. Lalu meneguk secangkir Chinesse Tea yang nikmat. Senikmat hangatnya
sinar mentari di bawah rerimbunan pohon Istana Bogor sore itu.
Salam perjuangan penuh cinta.
Oleh:
Birgaldo Sinaga


